Di kantor saya tiap bulannya dapat majalah Yatim, karena si bos menjadi salah satu donatur tetap di Yatim Mandiri. Banyak artikel yang bagus-bagus didalamnya tapi hanya ada satu yang menarik buatku di edisi bulan mei 2010 ini yang bertemakan kata dasar “Bahagia“. Sengaja hatiku tersentuh, karna situasi my heart sedang di ujung gelisah:-). Artikel ini membahas tentang definisi kebahagiaan, dimana dia berada dan bagaimana mendapatkan kebahagiaan itu. Arvan Pradiansyah menjelaskan secara gamblang berdasar buku best sellernya yang berjudul “The 7 Laws of Happiness“. Daripada cuman saya sendiri yang baca (sok) mending saya share disini aja..hee:)
Definisi Bahagia
Definisi bahagia berbeda dengan sukses. Kalau kesuksesan adalah mendapatkan apa yang kita inginkan. Tapi kalo bahagia adalah menginginkan apa yang sudah didapatkan. So, bahagia lebih pada prosesnya bukan hasil yang diperoleh.
Kunci kebahagiaan adalah “Menjaga Fikiran”
Salah kalo persepsi orang selama ini yang menjadi kunci kebahagiaan adalah hati. Bagaimana tidak??? Seperti halnya contoh berikut: Perasaan Bu Ida tenang-tenang saja, namun berubah menjadi kesal dan marah karena fikiran Bu Ida terganggu oleh sebuah sms yang isinya memaki-maki dengan kata-kata kasar. Lalu perasaan Bu Ida tadi berubah menjadi lega dan tenang setelah mendapat sms susulan yang isinya permintaan maaf atas sms sebelumnya. Hehehe…masuk akal juga kan sodara?:-).
Menurut beliau, untuk mendapatkan kebahagiaan ada 7 hal yang harus dijadikan makanan wajib tiap hari bagi diri kita masing-masing. 7 rumus kebahagiaan itu antara lain:
1. Sabar (Patience)
Sabar merupakan usaha yang dilakukan terus menerus, tak kenal lelah. Sabar adalah suatu proses, jadi bukan terletak pada hasilnya. Banyak orang yang ingin mendapatkan hasil tapi tidak mau menjalani proses (instan). Misalnya ingin kaya, namun tak mau menjalani proses yang benar untuk menjadi kaya. Mungkin dia bisa menjadi kaya, tapi tidak bisa menikmati prosesnya alias tidak bahagia. Padahal kebahagiaan untuk menuju kesuksesan adalah terletak pada prosesnya.
2. Syukur (Gratefulness)
Orang yang tidak bersyukur itu karena fikirannya dipenuhi oleh sesuatu yang belum dimiliki. So, hendaknya kita fokuskan pikiran pada apa yang telah kita miliki sekarang agar kita selalu bahagia dan bersyukur setiap saat.
3. Sederhana (Simplicity)
Memandang suatu masalah dalam hidup hendaknya secara sederhana saja, tak usah terlalu kompleks. Hal ini berarti mengambil hikmah dari setiap masalah, menemukan esensi dibalik setiap pernik-pernik kehidupan sehingga kita bisa melihat dunia ini sangat sederhana dan kita bahagia melihat kesederhanaan itu.
4. Kasih (Love)
Seseorang sulit mengasihi orang lain, karena yang dia masukkan ke dalam fikirannya selalu kata-kata “di”. Harusnya, kalau bicara mengenai kasih yang harus difikirkan adalah adalah bagaimana caranya menjadi orang yang lebih dikasihi oleh orang lain dengan jalan mengganti kata “di” menjadi “me”. Kalau “di” kita meletakkan kebahagiaan kita pada orang lain, tapi kalau “me” kebahagiaan kita ada dalam diri kita sendiri.
5. Memberi (Giving)
Rumus sukses ialah memberi sesuatu supaya mendapatkan sesuatu yang lebih dari yang telah diberikan. Sedangkan bahagia rumusnya “Give more accept less” yang artinya ikhlas. Ikhlas merupakan puncak tertinggi dari “Giving“, dimana ikhlas adalah memberikan sesuatu tanpa mengharapkan balasan/imbalan.
6. Memaafkan (Forgiving)
Disakiti memang susah untuk memaafkan. Memaafkan berarti berfikiran akan kebaikan-kebaikan orang yang telah menyakiti kita. Jika kedoliman orang yang telah menyakiti kita tersebut, diganti dengan kebaikan-kebaikan yang pernah dia lakukan maka perasaan kita akan berubah. Hendaknya kita fikirkan yang baik-baik saja, karna apa yang kita fikirkan itulah yang akan terjadi pada kita.
7. Berserah Diri ( Surrender)
Orang yang tidak beriman menganggap bahwa kemampuannya sebagai manusia cukup terbatas, sehingga tak ada harapan lagi (baca: tak akan bahagia). Berbeda dengan orang yang beriman, ketika sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi, dia serahkan segala keterbatasnnya itu kepada Allah SWT.