Senin, 11 Januari 2010

Anak Buah Gus Dur (ABG)

Malam minggu daripada bengong mau ngapain mending nonton tipi ah. Ku pencet tombol 0n/0ff TV di handphoneku. Malam Minggu Bersama Slamet Raharjo, itulah judul acara yang aq tonton di stasiun TV yang sekarang ni mulai tak lagi digemari orang. Ternyata acara ini mengupas tuntas tentang seluk beluk "Gus Dur". Dan nara sumber yang di undang ada 4 orang, dimana 2 dari 4 nara sumber tadi merupakan ABG alias Anak Buah Gus Dur. Beliau adalah Gus Mis (Zuhairi Misrawi adalah salah satu tokoh NU) dan Wahyu Muryadi (Mantan Protokol Gus Dur). Dua nara sumber yang lain adalah Arswendo Almowiloto dan Romo Magnis Suseno (Guru Besar STP Jakarta). Dan dihadiri oleh para mahasiswa yang berasal dari ras dan agama lain.

Ada beberapa pertanyaan yang paling menarik menurut saya. "Formalitas dimata Gus Dur itu seperti apa?", memang ini pertanyaan yang selama ini menjadi uneg-uneg dihati saya. Formalitas??? formalitas adalah sebuah mekanisme dari tiap-tiap orang untuk melindungi dirinya pribadi. Menurut Pak Wahyu (Mantan Protokol Gus Dur), formalitas bagi Gus Dur merupakan suatu gangguan. Gus Dur tidak perlu itu, beliau orang yang bebas. Gus Dur tidak ingin ada benteng antara masyarakat lain dengan dirinya. Siapapun boleh berinteraksi dengannya. Pak Wahyu juga menceritakan waktu Gus Dur menemui presiden-presiden maupun perdana mentri negara-negara yang berkunjung ke Indonesia di istana negara, beliau tetap memakai sarung dan sendal jepitnya, hehehe...lucu juga ya. Istana negara adalah istana rakyat, jadi rakyat bebas keluar masuk istana negara dengan kebijakan-kebijakan tertentu. Selain itu beliau juga suka silaturahim ke negara-negara lain, hal itu merupakan sifat nasionalisme yang sering dipraktekkan Gus dur. Keberanian dalam membawa identitas bangsa Indonesia dalam menghadapi siapapun.

Di tengah-tengah acara disuguhi lagu berjudul "Al-I'tirof" yang dinyanyikan oleh Rini-AFI (Akademi Fantasi Indosiar). Lantunan irama syahdu menggetarkan hati yang mendengarnya, termasuk saya. Syair dari Abunawas ini merupakan diplomasi sufi yang ditujukan pada Allah, kalo istilah orang jaman sekarang sih "Negosiasi". Yang akhirnya Si Abunawas ini masuk surga juga, karena pandainya bernegosiasi.

Wahai Tuhanku...
Aku tak pantas menjadi penghuni surgaMu
Namun aku tidak kuat dengan panasnya api neraka
Terimalah taubatku dan ampunilah dosa-dosaku
Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dosa-dosa besar
Dosaku seperti hitungan jumlah pasir
Maka terimalah pengakuan taubatku Wahai Pemilik Keagungan
Dan umurku berkurang setiap hari
Dan dosaku bertambah
Bagaimana aku menanggungnya
Wahai Tuhanku...
HambaMu yang berdosa ini datang kepadaMu
Mengakui dosa-dosa dan telah memohon padaMu
Seandainya Engkau mengampuni
Memang Engkaulah Pemilik Ampunan
Dan seandainya Engkau menolak taubatku
Kepada siapa lagi aku memohon ampunan
Selain hanya kepadaMu

"Bagaimana cara Gus Dur memberlakukan etnis tionghoa?", tanya salah satu mahasiswa dari etnis tionghoa. Gus Mis mencoba menjelaskan, menurut kolektif para ulama adalah wajib melindungi kelompok minoritas. Ketika menjabat sebagai presiden RI, Gus Dur menjadikan hari raya imlek sebagai hari libur nasional. Itulah salah satu cara Gus Dur memberlakukan etnis tionghoa. Dalam konsep islam, persaudaraan dibagi 3 tingkatan. Tingkatan pertama adalah Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat islam), tingkat kedua adalah Ukhuwah Wathoniyah (persaudaraan kebangsaan) dan yang ketiga adalah Ukhuwah Basyariyah (persaudaraan kemanusiaan). Nah dari prinsip itulah semangat perdamaian dari Gus Dur menular pada Anak Buah Gus Dur(ABG). Sampai-sampai para ABG membuat slogan "Ana Gus Dur Wa Fi Jubbati Gus Dur", yang artinya Saya adalah Gus Dur dan dalam jubah saya ada Gus Dur. Namanya juga ABG, merekalah yang sangat fanatik dengan Gus Dur. Gus Dur berkata "A", ABG juga berkata "A". Karena cucu dari pendiri Nahdatul Ulama (NU) ini sudah dianggap wali oleh pengikut-pengikutnya, khususnya dari kalangan pesantren, meskipun banyak juga yang tidak suka dengan beliau. "Tak ada manusia yang terlahir sempurna", dan itu adalah suatu kewajaran. Kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. QS. As-Syuro ayat 11 menyebutkan :

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِي

Artinya :
Tidak ada sesuatupun yang serupa denganNya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat